Product Domestic
Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan menjadi Rp 4.200 triliun pada 2008. Sektor
yang diharapkan untuk mendorong pertumbuhan PDB tersebut dari sektor konsumsi
dan proyek infrastruktur. PDB 2008 sekitar Rp. 4.200 triliun. Yang paling
mendorong itu konsumsi. Konsumsi adalah 60 persen, pemerintah menaruh
pertumbuhan ekonomi itu didukung dengan kebijakan fiskal. Sedangkan PDB
Indonesia pada 2007 diperkirakan mencapai Rp. 3.531,08 triliun.Konsumsi
masyarakat yang pada titik kritis saat ini akibat menurunnya daya beli. Karena
itu, pemerintah tengah menyiapkan program yang dapat meningkatkan pendapatan
riil masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Selain itu, pemerintah juga akan
mengurangi tingkat suku bunga dan inflasi.
Penerimaan naik itu
tidak ada artinya jika inflasinya tinggi. Selain itu, harga terkendali,
sehingga akhirnya income riil naik.Titik kritis yang lain adalah investasi.
Untuk mencapai pertumbuhan PDB pada level tersebut, diperlukan investasi lebih
dari Rp. 1.000 triliun. Jumlah kebutuhan investasi untuk mendorong
infrastruktur. Jika investasi itu naik, maka akan terjadi akselerasi dan
akhirnya menciptakan lapangan pekerjaan. Sehingga pemerintah dalan
mengalokasikan jumlah anggaran yang cukup signifikan dalam belanja
infrastruktur.Anggaran untuk infrastruktur itu, dapat disebar di departemen
teknis antara lain Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Perhubungan.
Pemerintah yang punya anggaran belanja modal, akan menggunakannya untuk belanja
irigasi, bandara, pelabuhan, kereta api.Selain mengalokasikan anggaran yang
meningkat signifikan untuk pembangunan infrastruktur, pemerintah juga mendorong
investasi swasta melalui skema Public Private Partnership (PPP) untuk beberapa
proyek seperti infrastruktur listik, pengadaan jalan, bandara dan pelabuhan.
Menurut Anggito, pemerintah akan melakukan pembagian risiko terhadap pihak
swasta.
Investasi juga akan
dibentuk dari perbankan, PMDN, PMA, pasar modal, dan keuntungan perusahaan yang
diinvestasikan. "Jadi dari sumber-sumber itu sudah masuk pipeline untuk
bisa mendukung investasi yang memadai untuk 2008. Semua itu cukup untuk mendukung
pertumbuhan 6,8 persen.Konsumsi, investasi, ditambah kinerja ekspor yang masih
cukup baik, mampu membentuk PDB menjadi Rp 4.200 triliun. Sebelumnya, ekonomi
pada 2008 ditargetkan tumbuh 6,8 persen. Asumsi tersebut juga memperhatikan
proyeksi pencapaian 2007 yang diprediksi hanya akan mencapai 6,1 persen. Untuk
mengejar target 2008 itu, beberapa indikator pendorong pertumbuhan mesti
dipenuhi yaitu konsumsi rumah tangga harus tumbuh 5,9 persen, konsumsi
pemerintah 6,2 persen, investasi 15,5 persen, ekspor 12,7 persen, dan impor
17,8 persen. Sedangkan Standard Chartered Bank (SCB) memprediksi pertumbuhan
ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) tahun 2008 hanya 6,3%. Angka ini jauh
lebih rendah dari target PDB dalam APBN 2008 sebesar 6,8%.
Setelah terpengaruh oleh dampak peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku bunga di tahun 2005, ekonomi Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun 2008. Angka PDB SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan ekonomi global di 2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi pertumbuhan. Dan PDB SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu 2009 terlihat prospek pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan meningkatkan belanja untuk infrastruktur, mempercepat program infrastruktur. Angka pertumbuhan ekonomi 2008 dalam APBN sebesar 6,8% menurut Bank Indonesia (BI) adalah angka yang paling optimistis. BI sendiri untuk tahun 2008 lebih memilih target yang aman di kisaran 6,2-6,8 persen. Dalam APBN 2008, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,8 persen memakai asumsi inflasi sebesar 6 persen, defisit anggaran 1,7 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5 persen dan harga minyak US$ 60 per barel. Produksi minyak 1,034 juta barel per hari.
Setelah terpengaruh oleh dampak peningkatan tajam harga minyak dan tingkat suku bunga di tahun 2005, ekonomi Indonesia berangsur pulih dan perkembangannya cenderung meningkat dari 5,5% di tahun 2006 menjadi 6,1% di tahun 2007 dan 6,3% di tahun 2008. Angka PDB SCB ini sudah memperhitungkan prediksi adanya perlambatan ekonomi global di 2008. Tingginya harga minyak dunia merupakan ancaman bagi pertumbuhan. Dan PDB SCB memperkirakan harga minyak akan turun di 2008 seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Sementara menjelang Pemilu 2009 terlihat prospek pertumbuhan ekonomi. Ini karena pemerintah akan meningkatkan belanja untuk infrastruktur, mempercepat program infrastruktur. Angka pertumbuhan ekonomi 2008 dalam APBN sebesar 6,8% menurut Bank Indonesia (BI) adalah angka yang paling optimistis. BI sendiri untuk tahun 2008 lebih memilih target yang aman di kisaran 6,2-6,8 persen. Dalam APBN 2008, pertumbuhan ekonomi yang sebesar 6,8 persen memakai asumsi inflasi sebesar 6 persen, defisit anggaran 1,7 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 9.820, bunga SBI 3 bulan 7,5 persen dan harga minyak US$ 60 per barel. Produksi minyak 1,034 juta barel per hari.
Sumber: http://yuniarfrida.blogspot.com/2011/03/tugas-perekonomian-indonesia-3.html
0 komentar:
Posting Komentar