Tepatnya sejak bulan Maret 1966 Indonesia memasuki
pemerintahan Orde baru. Berbeda dengan pemerintahan orde baru. Berbeda dengan
pemerintahan orde lama. Dalam era orde baru ini perhatian pemerintah lebih di
tunjukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembanguna ekonomi dan
sosial di tanah air. Sebelum rencana pembangunan lewat repelita di mulai,
terlebih dahulu pemerintah melakukan pemulihan stabilitas ekonomi, sosial, dan
politik serta rehabilitasi ekonomi dalam negeri. Sasaran dari kebijakan
tersebut terutama adalah untuk menekan kembali tingkat inflasi, mengurangi
defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kembali kegiatan produksi,
termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi pada masa orde lama.
Adapun kebijakan kebijakannya adalah
· Repelita
1 ( 1 april 1969- 31 Maret 1974 ) perbedaan repelita pada era orde baru dan
orde lama adalah pada era orde lama rencana pembangunan lima tahunan tersebut
di susun oleh DPR dan perancangan negara/ kabinet, seangkan pada era di susun
orde rencana pembangunan lima tahun, di susun oleh DPR, kabinet, dosen,
masyarakat. Pada repelita 1 menitikberatkan pada sektor perekonomian.
· Repelita
2 ( 1 April 1969- 31 Maret 1974) trilogi pembangunan di ubah urutannya menjadi,
yang pertama yaitu pertumbuhan ekonomi, yang kedua pemerataan, dan yang ketiga
stabilitas nasional.
· Repelita
3 ( 1 April 1969- 31 Maret 1974 ) trilogi pembangunan ekonomi mengalami
perubahan yaitu menjadi, yang pertama pemerataan pembangunan dan hasilnya
yang kedua pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan yang ketiga adalah
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
· Repelita
4 ( 1 April 1969- 31 Maret 1974 ) muncul kebijakan devaluasi rupiah pada
tanggal 12 September 1986 karena banyak produk produk indonesia yang di
gudangkan di luar negeri dan aliran kas yang masih berkurang. Selain itu muncul
juga kebijakan deregulasi, tanggal 12 Oktober 1987 tentang penyerdehanaan
aturan dan tanggal 27 Oktober 1988 tentang deregulasi dan debirokratasi di
pangkas.
· Repelita
5 ( 1 April 1969- 31 Maret 1974 ) muncul kebijakan uang ketat untuk mengatasi
inflasi yang meningkat tajam.
Setelah
krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan ekonomi Indonesia turun
menjadi -13,16% pada 1998, bertumbuh sedikit 0,62% pada
tahun 1999 dan setelah itu makin membaik. Laju pertumbuhan tahunan 1999 – 2005
berturut-turut sebagai berikut 0,62%, 4,6%, 3,83%, 4,38%, 4,88%, 5,13% dan
5,69%. Ekonomi kita bertumbuh dari hanya 0,62% berangsur membaik
pada kisaran 4% antara tahun 2000 s.d. 2003 dan mulai tahun
2004 sudah masuk pada
kisaran 5%. Pemerintah pada mulanya menargetkan pertumbuhan ekonomi
2006 adalah 6,2% tetapi kemudian dalam APBN-P 2006 merubah targetnya
menjadi 5,8%; namun BI memperkirakan laju pertumbuhan 2006 adalah 5,5% lebih
rendah dari laju
pertumbuhan 2005.
Patut diduga bahwa laju pertumbuhan tahun 2007 akan lebih rendah lagi karena
investasi riil tahun 2006 lebih rendah dari tahun 2005. Laju pertumbuhan
ekonomi kita dari tahun 1999 s.d. 2005 mencapai ratarata 4,15%. Dari
data di atas kelihatannya ekonomi kita memiliki prospek membaik yaitu terus
meningkatnya laju pertumbuhan di masa depan. Namun apabila diteliti lebih mendalam
akan terlihat adanya permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tersebut. Sektor
ekonomi dapat dikelompokkan atas dua kategori yaitu sektor riil dan sektor
non-riil. Sektor riil adalah sektor penghasil barang seperti: pertanian,
pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait dengan pelayanan
wisatawan
internasional. Sektor
non-riil adalah sektor lainnya seperti: listrik, bangunan, perdagangan,
pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan, sosial, perorangan).
Kegiatan yang melayani wisatawan internasional masuk pada beberapa sektor
non-riil sehingga tidak dapat
dipisahkan. Antara
tahun 1999 s.d. 2005 sektor riil bertumbuh 3,33% sedangkan sektor
non-riil bertumbuh 5,1%. Pertumbuhan ini adalah pincang karena
semestinya sektor non-riil bertumbuh untuk melayani sektor riil yang bertumbuh.
Antara tahun 1999 s.d. 2005 sektor pertanian bertumbuh 3,11%, pertambangan -0,8%, dan
sektor industri bertumbuh
5,12%. Hal yang
lebih mengkhawatirkan adalah dari tahun 2002 s.d. 2005 laju pertumbuhan sektor
riil cenderung melambat. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi keseluruhan sejak
2002 adalah karena pertumbuhan sektor non-riil yang melaju 2 kali lipat dari
sektor riil. Pada 2 tahun terakhir. sektor yang tinggi pertumbuhannya adalah:
pengangkutan, keuangan, bangunan, dan perdagangan. Pada saat yang sama tingkat
pengangguran terbuka pada mulanya turun tetapi sejak tahun 2002 cenderung naik.
Menurut perhitungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tingkat
pengangguran pada tahun 2004 sebesar 10,3 juta meningkat menjadi 11,2
juta pada tahun 2005 dan diperkirakan sebesar 12,2 juta pada tahun 2006 (Harian
Kompas, tgl. 7 Agustus 2006, hal. 15). Hal ini sangat ironis karena pertumbuhan
ekonomi pada kurun waktu yang sama berada di atas 5%. Persentase orang
miskin pada mulanya juga terus menurun, tetapi sejak tahun 2005 sudah mulai
bertambah. Hal ini disebabkan oleh sektor yang bertumbuh itu adalah sektor
non-riil. Ini adalah kondisi serius dan perlu dikaji lebih mendalam.
Sumber: http://ichatrisqi.blogspot.com/2012/04/pertumbuhan-ekonomi-di-era-reformasi.html
0 komentar:
Posting Komentar